Selasa, 28 Maret 2017

#5

Aku tiba-tiba buta huruf saat menulis pesan untuk kakakmu, Kirana.

Duh.

Selasa, 21 Maret 2017

Bulan Sepuluh

Aku mundur lagi hingga Oktober. Menjumput sepotong kisah yang bercecer di bawah penghujan. Dan untuk saat ini, aku ingin tinggal saja bersama bulan sepuluh. Bukan cuma demi lari dari tugas public speaking dan dasar jurnalistik besok. Aku cuma ingin dengar lagi. Kamu...bilang apa?

Minggu, 19 Maret 2017

Sebuah...Apa?

Aku mundur hingga Desember. Menunda-nunda tahun baru, demi...apa?

#4

Kirana, aku mau bilang sesuatu.

Oke. Aku tahu ini bukan saat yang tepat dan terkesan buru-buru. Mungkin kamu masih belum berbaikanㅡkalau tidak mau disebut bertengkarㅡdengan kakakmu. Dan mungkin ini juga tidak penting-penting amat buatmu.

Tapi kalau boleh jujur, aku mungkin sedang naksir kakakmu, Kirana. Entah sejak kapan. Yang baru aku tahu, tiga setengah tahun ini aku betah-betah saja sendiri, betah-betah saja mengingat hari-hari menyenangkan dan menyebalkan yang sudah kami lalui, lalu secara tidak sengaja membandingkannya dengan temanku yang lain.

Dan tada, aku baru sadar, ternyata rasa suka bisa sesederhana ini. Aku menyukainya dan semua yang dilakukannya, Kirana. Bahkan saat Chandra ketiduran di atas sweaterku dan ngiler di sana, aku tidak bisa kesal, malah tertawa kecilㅡututuu, gemasnyaaa.

Tapi bukan karena ilernya aku naksir dia, Kirana. Tepatnya aku juga tidak tahu kenapa. Cuma, ada satu hal yang sangat kuingat dengan baik tentang Chandra. Dia sangat-sangat-sangat-sangat sayaaang sekali dengan keluarganyaㅡtermasuk kamu, atau kalau boleh kuralat sedikit, terutama kamu. Chandra pernah bilang, dulu, waktu umurnya masih lima tahun, ia ingin punya adik perempuan dan bisa jadi jagoan untuk adiknya. Duh, gemas nggak, sih?

Dan yah, mengingat semua hal yang selalu dia ceritakan tentang kamu, semua hal yang dia lakukan untuk kamu, kukira, kamu bisa menyimpulkan sendiri bagaimana perasaan Chandra untuk kamu. Aku tidak memaksamu berbaikan atau buru-buru memaafkan. Aku cuma mau berpesan, kalau kesal yang sedang kamu rasakan, mungkin bisa hilang dengan satu jabat tangan atau sebuah pelukan.

Salam peluk untuk Kirana /hughug/



ps. Perkara aku yang lupa nama kakakmu, tolong abaikan saja, ya. Aku tahu itu kedengaran nggak masuk akal. Tapi kamu tahu sendiri, kan, daya ingatku bagaimana? Hehe.

Jumat, 17 Maret 2017

#3

KIRANA!

Yaampun, sekali lagi aku terburu-buru menulis pesan ini.

Ternyata, nama kakakmu bukan Robi, Robbi, Robby, atau Romi, tetapi Chandra. Maaf banget. Aku bukannya lupa serta merta hanya karena kami sudah lama hilang kontak dan nggak berjumpa. Cuma... tau, ah. Aku malu.
 
 

Kok aku jadi bodoh, ya:(

#2

Kirana!

Kirana, Kirana.

Yaampun, aku buru-buru menulis pesan ini setelah baru saja iseng-iseng membuka buku kenangan. Ternyata, nama kakakmu Romi bukan Robi, Robbi, Robby, atau siapa pun itu.

Titip salam, ya. Dia sahabat yang baik, lho, Kirana. Sungguh, deh.

Tolong, jangan lama-lama membenci dia. Diaㅡkukatakan sekali lagiㅡsangat sayang padamu.

Minggu, 12 Maret 2017

#1

Kirana, Kirana.

Kasihan. Padahal Robi sayang sekali padamu.



Ngomong-ngomong, sebenarnya Robi itu tulisannya "Robi" atau "Robbi", sih? Atau "Robby"?

Sabtu, 11 Maret 2017

Cuaca Minggu Ini

Akhir-akhir ini cuacanya tidak bersahabat. Dua jam panas, tiga jam hujan deras. Di kampus cerah, di rumah badai. Aku jadi ingin di kampus terus saja.

Jumat, 10 Maret 2017

Kamis, 9 Maret 2017

3.33 PM

"Tomben, Chek, lewat sene?"

"Lage galo! Nggak pengen cepet sampek romah!"

Sabtu, 04 Maret 2017

Kamar Sebelah

Kadang saya ingin cepat-cepat lulus kuliah, kerja, lalu beli apartemen 2 kamar.

Tidak perlu besar-besar, yang penting cukup untuk saya dan orang tua serta adik saya kalau mau main ke sana. Tidak perlu nengah-nengah kota karena saya sumpek lihat manusia+jalan raya+muka mengerut-kerut kena macet di jalan. Yang penting ada jendela di kamar, ruang tengah yang karpetable biar bisa guling-guling pas lagi nonton televisi (meskipun saya juga nggak tahu kenapa harus guling-guling kalo nonton TV), dan kamar mandi yang nggak kecil-kecil amat (tapi nggak perlu yang ber-bathub juga, sih).

Intinya, saya mau apartemen yang senyaman-nyamannya tanpa perlu mewah-mewah. Dan poin pentingnya, saya bisa melihara kucing di kamar sebelah kalau saya sudah tinggal di apartemen nantinya. Perkara ibu yang bakal mencak-mencak sama kucing, dipikir nanti saja. Mungkin bisa saya jawab, "Doakan saja saya ada rezeki lebih, Bu, biar unit sebelah bisa saya beli sekalian. Nanti khusus buat nyambut ibu bapak sama adik, deh. Hehehe."



Saya dan keegoisan kecil saya.