Rabu, 30 November 2016

Kangen: Sejenis Benci Yang Tidak Dapat Dikatakan

Ada jenis-jenis rindu yang tidak dapat kita katakan dengan lantangㅡsetidaknya olehku. Jenis yang satu ini mungkin salah satunya.

Saya masih setia menanti kabar. Bolak-balik menilik ponsel, menunggu. Barangkali, di antara pesan-pesan tentang ini-itu yang masuk, terselip satu baris pesan darimuㅡmengabarkan sesuatu, mungkin?

Saya memang sudah lama tidak bertanya, lama tidak menyapa, lama terlihat lupa dan abai-abai saja. Tapi, tidak, lho. Mungkin, saya dan 'saya'-'saya' lain yang kamu anggap menyebalkan ini, sebenarnya salah sekian yang paling ketar-ketir, gemas sendiri melihat kamu dan 'kamu'-'kamu' lainnya yang terlihat antusias setengah kesal. Ndak papa, lha wong kami ya pernah jadi kalian:) Gimana-gimana ya paham rasanya ngelakoni tetek-bengeknya meskipun kita beda zaman.

Sampai hari ini, sampai di mana saya masih menanti kepastian ini, saya masih tetap berdoa. Mendoakan kamu, aku, dan kita semua. Semoga tidak akan ada apa-apa yang mengganggu acara kencan kita. Semoga semuanya lancar-lancar saja tanpa hambatan dan rintangan.

Hanya karena saya sebegini bencinya, bukan berarti saya jadi tidak acuh begitu saja. Justru karena saking sayangnya, benci saya jadi sebegini besarnya. Dan rasa kangen saya nggak bisa dilontar lewat apa-apa, bahkan kalau angin bilang ia sanggup jadi perantaranya.

Pokoknya, diam-diam, saya sampaikan rindu saya, salam kangen saya, rasa sayang saya, dan rasa benci saya, lewat mimik saya yang tetap datar-datar saja. Semoga kamu tetap bisa menerimanyaㅡsaya nggak memaksa:)

Nanti Aku Leleh

Nah, kan saya sudah bilang
Ketahuan, kan

Nah, makanya saya bilang
Jangan nulis

Nanti
     aku leleh