Rabu, 12 Juli 2017

Jana, Pani, Yaudahlah

Jana sudah. Aku menyuapinya serampangan, setengah sadar, semalaman. Pokoknya kamu kenyang. Dan bersih. Dan rapi. Nggak belepotan. Pokoknya kamu kenyang, tenang, aku senang, meskipun nggak terlalu tenang. Gimana kalo nanti kamu sakit? Batuk-batuk, misalnya. Atau meler. Tapi masih bagus. Gimana kalo nanti kamu kenapa-napa? Ya, salahku, sih, sebenarnya. Maumu apa coba. Kalimat terakhir tadi teguran untuk diri sendiri.

Pani tumben-tumbennya manja. Ia menarik-narik ujung cardiganku dan aku bingung harus bagaimana. Bentar, dong, sayang. Ada yang harus aku jenguk dulu.

Aku menjenguknya. Tapi dia sedang ngambek, sepertinya. Kami kayak orang musuhan, padahal aku merayunya mati-matian. Ingin kunyanyiin Rayuan Pulau Kelapa jadinya, tapi dia nggak suka lagu mendayu-dayu. Dia ingin lekas sembuh. Aku juga! Enak saja. Bukan aku tidak sayang, cuma kami tidak akur. Pinginnya bareng, tapi nggak juga.

Yaudalah ya. Terserah. Semoga Jana senang, juga sehat. Pani, sabar dulu, ya. Aku nggak menomorduakan kamu, cuma memang harusnya seperti itu. Dan kamu, yang aku bahkan tidak tahu panggilanmu, tolonglah berkompromi sekali saja. Aku juga tidak mau marahan terus denganmu.

Selasa, 11 Juli 2017

Senin, 10 Juli 2017

Tentang Kamu dan Ketidakpahamanku

Anehnya, kamu seperti novel favorit semua umat. Dan aku, yang tak gemar-gemar amat membaca, tak bosan-bosannya mengulang; kata demi kata; frasa demi frasa. Selagi orang-orang beranjak, sibuk mencari kamu yang baru, aku masih di sini; membacamu sekali lagi dan sekali lagi; aku selalu mendefinisikanmu baru; dan aku akan mundur, kembali sekali lagi.

Jumat, 07 Juli 2017

Tentang Menyelamatimu

Tadi aku sudah cerita panjang lebar, tapi urung. Tentang kamu, Chandra, dan kekasih barumu. Hehehe, aku tidak patah hati, kok. Sungguh.

Akhirnya, ya, Ndra. Setelah tiga tahun.... Gila kamu. Lain kali cerita, dong, kalau kamu sedang naksir orang. Barangkali aku bisa membantumu tipis-tipis, kan? Aku turut senang, kok.

Akhirnya, ya, Ndra. Setelah direspon dua hari, diabaikan lima bulan, ditinggal dengan laki-laki lain setengah tahun, dijadikan tempat curhat dua minggu (sebuah progress, sih, daripada dua hari), ditinggal dengan laki-laki lain (lagi) satu tahun tujuh bulan.... Akhirnya, ya, Ndra. Akhirnya.... Gila kamu. Kenapa kamu nggak pernah cerita, sih, tentang dia? Kan, aku bisa membantumu berdoa. Aku turut senang, kok, sepertinya.

Akhirnya, ya, Ndra. Kamu sungguh harus berterima kasih pada UKM-mu. Kalau bukan berkat dia, mungkin saat ini kamu sedang frustasi mencari modus mampir ke fakultasnya yang terlalu jauh kalau berdalih 'pingin jalan-jalan aja'. Akhirnya, ya, Ndra. Akhirnya.... Gila kamu. Gila aku. Aku turut senang, seharusnya. Tapi, ternyata aku patah juga hehehe.  

Selamat, ya, Ndra. Semoga kita semua bahagia.