Minggu, 25 Juni 2017

Pengantar 'Tentang Mas Itu'

Iya. Sebelumnya aku mau mengucapkan taqobalallahu minna wa minkum. Semoga Chikma bisa memaafkan Chikma yang ini dan selama ini.

Ada yang belum Chikma kemarin penuhi selama Ramadan. Dan Chikma yang hari ini ingin meminta maaf kepada Chikma nanti (dan mungkin besok) atas bertambahnya hutang yang harus dibayar dan diselesaikan. Chikma yang kemarin berdalih sibuk.

"Halah, sibuk apa tidak menyempatkan?" Chikma hari ini mencibir kesal, e tapi ya agak menyesal.

Agak terpelatuq waktu Faiz bilang, "the long awaited kisah mas *sensorduluagartidakspoiler* akhirnya belum selesai sampai lebaran, ya? hahaha"

Duh, padahal banyak sekali yang mau kuceritakan tentang doi. Sebenernya saking banyaknya itu, sih, jadi nggak selesai-selesai. Alibi, sikat.

Chikma yang hari ini tidak bisa janji menyelesaikan 'Tentang Mas Itu' karena Chikma nanti dan Chikma besok yang harus bertanggung jawab. Maafkan Chikma hari ini juga kalau gitu. Ternyata Chikma yang hari ini belum bisa memanajemen waktu dengan baik. Semoga di hari kemenangan ini, Chikma nanti dan Chikma besok bisa semakin hebat meski bahu rasanya makin berat. Semoga kamu nanti dan kamu besok juga gitu. Hehe.

Kamis, 22 Juni 2017

Tanaman yang Tumbuh di Dekat Selokan Itu Kini Sudah Mati

Kadang aku menampik kenyataan bahwa yang berlalu bisa berubah sewaktu-waktu. Bahkan jarum jam tanganku yang baterainya habis saja bisa berpindah tau-tau. Aku juga nggak ngeh gimana, mungkin masih ada energi yang tersisa. Mungkin juga cangkir yang dulu penuh setengah itu sekarang sudah kosong separuh.
 
Sama, tapi beda.
 
Halah, makna kan terletak pada komunikan. Lah, kemudian, pertanyaannya berubah jadi, "Memangnya kamu apa? Bukannya partisipan?" Iya, aku sendiri bingung, nulis sambil mbaca, enkoding sambil dekoding. Komunikasi intrapersonal gitu ceritanya?
 
Materi bu Moer stuck banget di kepala. Mungkin karena teorinya terjadi berkali-kali-kali-kali dalam sehari. Rasanya kayak praktikum sampai tuwuk gitu barangkali.

Tugas kuliah selalu jadi korban tiap mampir kemari. Gimana, ya. Kangen. Kapan lagi, kan, ngobrol kayak gini?

Alibi aja. Padahal kapan-kapan juga bisa.

Sulit Rasanya Bicara Ketika Kamu Sedang Terjungkal dan Tidak Ada yang Menolong Meski Orang-orang Melihat

Aku benci Chandra (bohong)
Ternyata aku lebih benci kamu (jujur)
Ternyata aku masih benci diriku sendiri.