Jumat, 24 Februari 2017

Pasir si Pendongeng

Gini, ya.

Jadi, alkisah, ada seseorang yang suka mendongeng. Sebut saja Pasir. Dia selalu mendongeng kepada boneka-boneka kayu di kamarnya. Pasir adalah orang yang ramah. Ia selalu membantu tetangganya yang kesusahan. Karenanya, pintu rumah Pasir tidak pernah absen dari ketukan dalam sehari. Kendati begitu, Pasir selalu merahasiakan kesukaannya dalam mendongeng dari tetangga-tetangganya.

Suatu hari, Pasir memutuskan untuk ke toko buku. Ia berjalan ke rak buku dongeng, kemudian memilih buku yang menurutnya menarik. Pasir memutuskan untuk membeli sebuah yang berjudul "Dongeng Untuk Teman Pinokio". Pasir pulang dengan wajah riang.

Namun, wajah riangnya berubah kesal seketika saat Pasir membaca cerita di buku barunya. Setiap lembarnya menambah satu kerutan di dahi Pasir. Hingga tiba pada halaman terakhir, Pasir mencak-mencak. Ia pergi menutup semua pintu dan jendela rumahnya rapat-rapat. Tetangga-tetangganya yang mengetuk pintu diusir dengan bentakan. Pasir mogok mendongeng dan membantu tetangga-tetangganya.

Usut punya usut, dongeng yang dibaca Pasir di buku barunya sama persis dengan dongeng-dongeng yang selalu ia ceritakan kepada semua boneka kayunya. Pasir marah besar karena menurutnya, siapapun pengarang buku itu, ia telah mencuri ide-ide Pasir. Pasalnya, Pasir sendiri tidak punya bukti untuk datang melabrak sang pengarang. Tidak ada bukti bahwa Pasir gemar mendongeng. Tidak ada rekaman, tidak ada tulisan, bahkan tidak ada satupun tetangga yang pernah mendengarnya mendongeng untuk dijadikan saksi. Semenjak hari itu, Pasir yang gemar mendongeng tamat.

Tidak, Pasir tidak berakhir bunuh diri. Ia masih hidup dengan baik hingga hari ini, tapi sebagai pengrajin boneka kayuㅡkali ini tanpa satupun dongeng.

Intinya, kalau kamu punya hal-hal yang ingin kamu katakan, katakan saja. Bisa jadi ide-idemu adalah hal yang dibutuhkanㅡatau seburuk-buruknya, cuma dibutuhkan untuk perbandingan. Tapi setidak-tidaknya, kamu tidak akan menyesal karena selalu diamㅡdan main rahasia-rahasiaan.

Selasa, 21 Februari 2017

Painkiller

Saya jatuh. Dengan luka yang sama. Untuk kedua kalinya.

Ah, tapi memar sebola tennis ini cuma butuh painkiller besok pagi. Syukur-syukur kalau tiga minggu ke depan saya sudah bisa lari-lari.

Kalau memar di hatimu.... Ah, saya tidak tahu lagi.

Kamis, 16 Februari 2017

Barangkali Kamu Butuh Tidur

Hujannya deras, ya. Aku jadi menerka kamu sedang apa.

Nenek, di rumahnya, pasti tengah sibuk mengangkat jemurannya, jemuran anaknya yang berangkat kerja pagi buta, dan cucunya yang tiga bulan terakhir presensinya setengah iya. Biasanya, kalau hujan, nenek akan duduk di teras belakang, menatapi pohon belimbing lama-lama, menemukan satu atau dua buah yang sudah masak masih kecolongan dimakan kelelawar buah. Agak membosankan, tapi cukup menghibur sebenarnya, lebih-lebih untuk nenek yang terhimpit keramaian kantor ayah, tapi tetap saja, sendirian.

Barangkali kamu juga tengah kelimpungan sekarang. Hujan datang lebih awal dari yang kamu perkirakan, deras tanpa aba-aba. Barangkali kini kamu sibuk mondar-mandir. Kewalahan menadahi tetes-tetes kenangan. Yang merembes dari dinding keyakinanmu. Yang bertahun-tahun lalu kamu tataㅡbata demi bata. Namun kini lapuk digerogoti kesepian.

Hujannya deras di luar sana. Tapi semoga patah hatimu tidak sampai menguak-nguak luka lama. Atau mengairkan cerita sendu yang tidak ingin kamu dengarkan. Biar hujan ini pedih seadanya, sedih sewajarnya. Biar hujan selalu membuatmu ingin cepat-cepat menghambur ke peluknya. Atau pulang, tidak ke mana-mana.

Patah hatimu tidak bisa disemayamkan. Entah sampai kamu paham bahwa mantra obliviate tidak pernah benar-benar bekerja atau kamu jatuh pada yang lainnya.

Barangkali kamu tidur saja. Hanya itu penawar terakhir kalau kamu terlalu lelah mencari cangkir bagi kisah-kisah tua. Biar kamu juga tidak perlu repot-repot menyesap pahitnya.

Tapi aku tidak mau tanggung jawab. Kalau bangun nanti, kamu kuyup, oleh ketimpangan.





Yang juga,           

Kamis, 09 Februari 2017

:

Saya capek.
Capek jadi bodoh.

Di atas semuanya.
Saya takut.
Takut mengecewakan.

Dasar,
Nggak becus.

Rabu, 01 Februari 2017

Draft #1

Dari: diri

Untuk: insecurity

Pesan:
Kenapa, sih, kamu ada di mana-mana!