Sabtu, 24 Desember 2016
Rabu, 07 Desember 2016
Pengecut: Menatap Lewat Cermin
Kamis, 01 Desember 2016
Rindu. (Bukan Kangen)
Katamu perlu jarak untuk merindu
Waktu untuk menunggu
Ruang untuk bertemu
Dan buatku, rindu
mu cuma candu
Sama seperti sebatang dan secangkir yang selalu jadi obatmu
Katamu,
Untuk rindu
Rabu, 30 November 2016
Kangen: Sejenis Benci Yang Tidak Dapat Dikatakan
Nanti Aku Leleh
Ketahuan, kan
Nah, makanya saya bilang
Jangan nulis
Nanti
aku leleh
Kamis, 06 Oktober 2016
Ramai
Hari ini, seperti biasanya, keramaian itu salah satunya disebabkan olehku.
Hari ini, seperti biasanya, di antara keramaian itu, aku tiba-tiba tercenung.
Lantas (tumben-tumbennya) bertanya,
"Sudah benarkah niat saya berangkat pagi ini?"
Lalu, bayangan cium tangan ibu tadi pagi mendadak terlintas.
Aku cuma diam, menelan ludah.
Senin, 03 Oktober 2016
Kamis, 29 September 2016
Ternyata, Aku Kian Rapuh
Ternyata,
HP-nya ketinggalan di kamar, keselip di balik bed cover yang berantakan. Baru sadar waktu sudah di parkiran motor. Kok, ya, tumben-tumbennya, niat banget pingin langsung ngabarin ibu kalau sudah sampai di kampus. Biasanya juga udah ditinggal masuk kelas dan ke kamar mandi dulu, baru buru-buru ngabarin. Kadang, malah pas kelas udah mau mulai, hahahaha.
Tadinya, aku kira nggak papa nggak ada HP buat beberapa jam ke depan. Toh, aku nggak berniat pulang malam. Mengingat malam sebelumnya demam sampe hampir 39 derajat celcius dan macetnya jalanan Surabaya kalau sudah lewat jam 4 sore. Tapi, ternyata, aku nggak setangguh yang kukira. HAHA.
Mungkin karena mata kuliah hari ini membosankan, jadi aku nggak ada mainan. Mungkin juga karena kalau bosan biasanya aku ndengerin lagunya Zion T. yang Eat, tapi aku cuma bawa earphone doang, sedangkan HP-ku bobok cantik di kamar. Mungkin juga karena aku ada janji sama orang, tapi aku jadi nggak bisa ngontak langsung orangnya. Mungkin juga karena rata-rata temen-temen doyan main HP kalo buntu, sedangkan tadi aku cuma nontonin orang main HP (dan itu nggak enak, seriusan).
Padahal, dulu, waktu camp persiapan SBMPTN, aku nggak pegang HP 2 minggu. Hamdalah masih hidup dan sehat walafiat. Aneh aja. Hari ini, cuma beberapa jam, tapi rasanya hampa setengah mampus. Mungkin karena lingkungan yang juga tidak mendukung untuk hidup tanpa teknologi. Mungkin juga karena aku yang kelewat kurang kerjaan, meskipun tugas numpuk.
Banyak kemungkinan. Banyak alasan. Banyak pembelaan. Banyak pembenaran.
Semoga kita semua akan menjadi orang yang lebih tangguh dari kemarin, dan akan makin tangguh esok hari. Untuk apapun. Untuk siapapun.
Sekarang, waktunya ngerjakan tugas Koma dulu. Yang daritadi masih kosong:)
Selasa, 27 September 2016
Biar Nggak Meletus Lagi
Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau kuning kelabu
Merah muda dan biru
Meletus balon hijau
Dor!
Hatiku sangat kacau
Balonku masih empat
Takkan kugenggam kelewat erat
Jumat, 23 September 2016
Gadis di Tepian
Gadis kecil itu
Dulu suka sekali lari-lari
Tertawa riang di lapangan
Tak peduli bocah-bocah laki memandangnya heran
Gadis kecil itu
Dulu suka sekali menari-nari
Di bawah awan atau diguyur hujan
Ia tetap akan tersenyum jumawa, persetan
Gadis kecil itu
Kini terduduk di tepian, menatap bosan
Tak ada yang menarik dari jalanan
Cuma kemacetan
Gadis kecil itu
Kini bersimpuh di sudut jalan
Ia telah mati, atau setidaknya
Terganti
Sabtu, 17 September 2016
Jumat, 09 September 2016
Senin, 30 Mei 2016
Senin, 23 Mei 2016
Mendekat
Rasanya jauh
Tapi biarkan aku mendekat
Karena yang jauh
Tak akan jadi dekat
Kalau jarak
Tidak dipangkas
Meski harus
Dengan keberanian
Dan air mata
Yang bercucur
Hingga kering
Oleh matahari
Minggu, 22 Mei 2016
Dunia
Di dunia yang makin keras ini, aku ingin belajar. Sesuatu yang sudah lapuk digerogoti usia dan ego manusia.
Belajar menghargai.
Agar dunia lebih ramah. Sedikit.
Agar dunia lebih lembut. Sedikit.
Minggu, 24 April 2016
Patah Hati
Aku patah hati
Entah karena apa
Dan bukan karena siapa
Aku patah hati
Mungkin karena terlalu banyak tertawa
Lalu lupa
Ternyata
Kita masih sendirian
Di dunia
Yang fana
Selasa, 05 April 2016
Sakit Sakit UN Jangan Jangan
Karena masih banyak sakit yang perlu diobati.
Nanti kalau sudah parah bisa lebih pedih dari sakit hati.
Biar bisa lebih peka sedikit lagi.
Khawatirnya besok sakit lagi.
Sabtu, 02 April 2016
Obat dan Baper
Ternyata rindu yang terobati bisa jadi obat anti-tidur, obat anti-lapar, obat anti-haus, obat anti-lelah, obat anti-jenuh, obat anti-sedih, obat anti-galau, obat anti-bimbang, obat anti-sakit, obat anti-mainstream.
Aku baru tahu.
Sialnya, yang baru sama sekali nggak berpengaruh dalam hal itu.
Entah karena memang ikatannya yang kendor atau akunya yang agak mbulet kayak telor.
Nggak nyambung, sih, tapi nggak papa.
Yah, semoga aku bisa lebih peka dan lebih baper. Hehe.
Baper nggak salah, kok.
Malah salah kalau nggak bisa baper.
Jatuhnya lebih horor.
Percaya, deh.
Orang yang nggak bisa baper itu....
Hororlah, pokoknya.
Selasa, 29 Maret 2016
Jus Mangga dan Aslan
Pernah tidak, sih, kamu sangat lelah tapi tidak bisa tidur?
Rasanya kayak minum jus mangga waktu Lucy-nya Narnia nyari Aslan.
Nggak ada hubungannya.
Ya, memang kayak gitu.
Mungkin lelah dan nggak bisa tidur itu nggak ada hubungannya. Sama kayak jus mangga dan Lucy yang nyari Aslan. Mungkin yang kita perlukan bukan jus mangganya atau tidurnya. Mungkin yang kita perlukan adalah perenungan dalam ketenangan dalam kesendirian dalam gelapnya malam.
Bukan apa-apa. Hanya saja, bukankah manusia sudah terlalu sibuk dengan dunia sejak matahari menampakkan cercah sinarnya? Bukankah manusia sudah terlarut dalam dunia selama senja masih bertengger di cakrawala? Lalu, kapan waktunya berkaca kalau tidak menyisihkan sebagian dari yang tersisa?
Manusia memang suka begitu. Suka lupa. Suka lupa mana darat muasalnya. Suka terbang ketinggian lalu tersangkut di awan. Suka asal bicara tanpa ditata. Sampai lupa juga kalau sudah bikin banyak hati terluka lewat lidah yang katanya (enak kalau disemur) takbertulang.
Sialnya, kadang aku sendiri suka lupa,
Ah, iya, aku juga manusia.
Kamis, 24 Maret 2016
Reaksi Eksoterm di Taksi
Pernah tidak, sih, kamu duduk di kursi taksi yang hening sambil memperhatikan bapak sopirnya, lalu kamu mendadak merinding?
Kayak punggungmu baru dikelitik ekor sapi. Bonus reaksi eksoterm.
Tiba-tiba aja hawa panas keluar dan kamu merasa dingin.
Kayak ditinggalkan sendirian.
Meskipun kamu nggak sendirian.
Meski kenyataannya kita semua selalu sendirian.
Hanya seolah-olah tidak sendirian.